Naskah atau Lakon dibuat oleh seorang penulis naskah



Guru mengajak siswa untuk membaca naskah drama dari perpustakaan sekolah. Setelah dibaca kemudian dianalisis temanya, gagasan-gagasan pengarang, nilai-nilai yang dipesankan, tokoh-tokoh ceritanya, serta strukturnya.
Setelah memahami isi cerita yang mereka baca, kemudian dipersilahkan untuk mencoba mengarang cerita sendiri berdasarkan pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Ambil salah satu karya siswa, kemudian diskusikan bersama bimbingan guru.
Naskah atau Lakon dibuat oleh seorang penulis naskah (sastrawan). Dia adalah seniman utama, karena dengan karya sastranya dapat mengilhami para insan Teater untuk mewujudkan sebuah karya pertunjukan. Para sastrawan membuat naskah atau lakon drama dengan maksud untuk dipentaskan. Oleh karena itu ada penulis naskah yang merangkap sebagai penggarap, sebab penulis tersebut lebih tahu tentang maksud isi naskah atau lakon yang ditulisnya. Ada pula penulis naskah yang hanya mampu dan bagus dalam menciptakan naskah, akan tetapi kurang bagus dalam mengarapnya dalam bentuk pertunjukan. Dengan demikian banyak penulis naskah yang memasrahkan karyanya untuk dipentaskan kepada caloncalon penggarap. Sebaliknya, banyak dramawan yang hebat sebagai penggarap, tetapi tidak dapat membuat naskah. Antara penulis naskah dengan penggarap teater memiliki hubungan timbal-balik. Kedua insan tersebut dapat saling menguntungkan. Penulis naskah dapat terkenal karena karyanya dipentaskan dan ditonton oleh masyarakat. Sebaliknya penggarap juga otomatis terkenal dengan karya pertunjukannya.
Apa yang terdapat dalam naskah? Di dalam naskah terdapat gagasangagasan pengarang tentang pengalaman batinnya yang ingin disampaikan kepada penonton. Gagasan atau ide pengarang apabila dirinci terdiri dari: satuan-satuan kecil yaitu nilai-nilai kehidupan yang dialami pengarang yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat. Nilai-nilai kehidupan tersebut sangat banyak. Oleh karena itu tidak seluruh nilai dalam kehidupan dapat disajikan dalam satu naskah yang dibuatnya, hanya beberapa nilai saja.
Seperangkat nilai itu bersatu menjadi sebuah gagasan atau ide. Gagasangagasan atau ide-ide tadi bersatu menjadi sebuah tema. Dalam sebuah lakon terdiri dari beberapa tema, tetapi ada juga lakon yang hanya memiliki satu tema, contohnya fragmen (sajian drama yang ceriteranya merupakan penggalan dari ceritera utuh).
Di dalam naskah ada tokoh-tokoh ceritera atau peran-peran yang menghidupkan naskah itu sendiri. Tokoh-tokoh ceritera tersebut bila diklasifikasi menjadi: (1) peran utama yang disebut protagonis, (2) Peran lawan yaitu antagonis, (3) Peran ketiga yang mendukung protagonis atau antagonis yang disebut tritagonis, dan (4) Peran pembantu.
Selain ada tema, ide, nilai serta tokoh-tokoh ceritera, di dalam naskah juga terdapat struktur dramatik. Struktur tersebut terdiri dari: bagian pertama adalah pemaparan (eksposisi), bagian kedua adalah konflikasi, bagian ketiga koflik, bagian keempat klimaks, bagian kelima anti klimaks, serta bagian akhir adalah keputusan.
Di dalam naskah terdapat jenis bahasa yang digunakan, yaitu ada yang puitis (menggunakan bahasa puisi) dan ada pula yang menggunakan bahasa keseharian. Naskah hanyalah bahan baku pergelaran teater, selanjutnya mau ditafsirkan seperti apa? Mau digarap seperti bagaimana? Semuanya bergantung pada konsep para kreator.
Dalam menganalisis sebuah naskah drama, yang harus diperhatikan adalah: judul naskah, pengarang, temanya, serta dimana keunikannya? Naskah atau sastra drama merupakan karya seorang sastrawan yang khusus bakatnya di bidang penulisan naskah drama. Tidak semua sastrawan mampu membuat atau mencipta sastra drama sehubungan dengan bakat dan minatnya. Naskah-naskah yang tercipta kualitasnya sangat beragam, ada yang bagus dan ada yang kurang bagus. Ada naskah drama yang cocok untuk dipanggungkan, ada yang bagus bila dibaca saja, ada yang bagus bila difilmkan, bahkan ada yang tambah bagus jika sastra drama itu jika dipanggungkan karena nilai-nilainya diperkaya oleh para penggarap, dan ada pula sastra drama yang jadi jelek, menurun kualitasnya karena penggarapnya salah menafsirkan atau kurang wawasan. Sastra drama adalah khayalan pengarang tentang kehidupan manusia. Para penonton drama juga sadar bahwa yang ditontonnya hanyalah fiksi, bukan realitas yang sebenarnya, namun kadang-kadang penonton hanyut dalam jalinan ceritera sehingga ikut sedih, gembira, haru, marah, dan berbagai perasaan lainnya sesuai dengan ceritera yang disajikan. Barangkali disitulah uniknya karya sastra drama.